Cilacap, wartasatu.id – Sani Ariyanto, calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari Partai NasDem mengatakan, beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah, di Indonesia, kondisinya menjadi motivasi dirinya bahwa pembangunan di Cilacap-Banyumas masih tertinggal.
“Angka kemiskinan tinggi, dan tentunya “ora ngapak ora kepenak” harus tampil di depan menjadi wakil rakyat dan untuk bisa memperjuangkan (aspirasi) warga Cilacap dan Banyumas,” ucapnya saat ditemui usai Konsolidasi dan Pendidikan Politik Partai NasDem di Gedung Gapensi Cilacap, Minggu (9/7/2023) sore.
Menurut Sani, prioritas aspirasi yang ia perjuangkan, dan tentunya ini menjadi hal penting, karena curhatan masyarakat di beberapa daerah setelah saya melankori (keliling) desa bahwa pelaku-pelaku mbangun desa menyapa masyarakat di desa yaitu adanya kelangkaan pupuk, dalan bodol (jalan rusak) menjadi hal yang penting dan pendidikan murah, gratis diimpikan oleh masyarakat Cilacap dan Banyumas.
“Ini menjadi perjuangan dan rintihan mereka, curhatan mereka merupakan semangat dan motivasi saya untuk bisa membawa aspirasi rakyat di Senayan nantinya. Putra daerah bisa tampil karena selama ini wakil dari Cilacap-Banyumas itu mungkin berada di luar daerah Kabupaten Cilacap dan Banyumas,” imbuhnya.
Sebagai caleg potensial dari hasil bimtek di Jakarta, Sani menerangkan pihaknya terpilih oleh Bapilu karena berkat kerja sama teman-teman relawan Tim Ngapak di Cilacap-Banyumas yang militansinya sangat luar biasa. “Ini dari comotan Bapilu terkait visi misi secara nasional.
Salah satu dari 580 caleg DPR RI, katanya, visi misi yang terbaik adalah bagaimana pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Cilacap-Banyumas.
Jelas Sani, meski Cilacap kota industri, tapi banyak masyarakat yang hanya menjadi penonton, bukan menjadi pemain.
“Masyarakat yang ikut menjadi penentu kebijakan akan menjadi prioritas dan PR kami, dan ada beberapa permasalahan di wilayah yang harus kita tuntaskan,” tegasnya.
PR Sani ketika nanti duduk di Senayan tentu karena hal tersebut menjadi prioritas.
Pilar demokrasi di Indonesia adalah eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pers. “Tentu teman-teman media mengontrol ketika saya jadi (duduk) di Senayan, maka media harus menjadi hal yang paling penting dalam pembelajaran demokrasi di Indonesia, khususnya di Kabupaten Cilacap dan Banyumas.
Pihaknya sebagai yang berkecimpung di PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia) juga berharap teman-teman media ikut mengontrol dirinya ketika mendapatkan amanah di Jakarta.
“Tentunya apa yang menjadi keluh kesah masyarakat bahwa nek Mas Sani dadi, kelalen karo inyong. Nang ndeso, nang ndi pada bae. Insya Allah Sani tetap Sani ya. Rakyat tetep apa anane, dan tetap membaur dengan masyarakat, dan militansi teman-teman sungguh sangat luar biasa dan saya ucapan terimakasih,” katanya.
Sani mengakui, sampai detik ini ia tidak bisa membayar mereka, tetapi militansi mereka dibuktikan dengan sungguh sangat luar biasa.
“Terutama teman-teman media nyengkuyung dengan program Ora Ngapak Ora Kepenak. Tentunya, ayo bareng-bareng, wong ngapak. Wis wayahe wong ngapak maring Senayan makili wong ngapak,” tandas alumni Universitas Muhammadiyah Malang ini.