Yogyakarta – Wartasatu.id – Berbicara mengenai budaya di Indonesia tentu tak pernah ada habisnya. Salah satu budaya yang telah menjadi identitas bangsa Indonesia yaitu wayang kulit tradisional. Wayang kulit merupakan alat peraga dalam sebuah pertunjukan pewayangan suku Jawa yang dimainkan oleh seorang dalang, dengan diiringi oleh musik gamelan dan tembang yang dinyanyikan oleh seorang sinden. Wayang Kulit menggambarkan tokoh – tokoh di dunia pewayangan dengan berbagai macam karakternya.
Wayang kulit pernah menjadi tontonan dan hiburan tradisional favorit pada zamannya. Namun kini era keemasan wayang kulit mulai berubah menjadi era keterpurukan karena tergusur oleh modernisasi. Hanya segelintir orang yang masih peduli terhadap kelestarian wayang kulit. Salah satunya ialah Suprih (59) yang merupakan pemilik dari Rumah Kerajinan Wayang Kulit Pak Suprih. Lelaki paruh baya asal Dusun Gendeng, Desa Bangunjiwo, kecamatan Kasihan, Bantul tersebut telah puluhan tahun menggeluti bidang kerajinan wayang kulit.
“Sudah sepantasnya masyarakat Jawa khususnya, kembali peduli terhadap budayanya. Jangan menjadi orang Jawa yang hilang Jawanya. Kita diwariskan sebuah kebudayaan yang sakral dan istimewa oleh leluhur kita, kita juga yang harus melestarikannya,”ungkap Suprih sembari menghisap batang rokok disela jarinya.